"Namaku Dian Purnama Sari, biasa dipanggil Dian, aku pindahan dari
salah satu SMA swasta di Bandung, mohon kerja samanya ya teman, salam
kenal..."
Sapaan lembut nan ramah terucap dari seorang wanita
cantik, rambut hitam lurus sebahu, dengan tinggi semampai, dan kulit
kuning langsat, khas perempuan Bandung. Itulah Dian, si murid baru.
"Nomer hp dong neng....hahahahaha"
Sebuah
celetukkan khas anak muda, keluar dari mulut Indra, seseorang berbadan
kecil tapi tengil, sontak membuat kelas ribut seketika, dan membuat Dian
tersipu malu, terlihat dari pipinya yang merah merona.
"Tenang
anak-anak...tenang...! Indra, jangan diledek gitu ah, kasihankan... !"
tegur Bu Rohmi, wali kelas kesayangan kami, yang baik hati dan
pengertian.
Dengan gayanya yang kocak, Indra menjawab "Abis cantik bu, jadi naksir saya...hehehehe."
Sontak
godaan-godaan pun keluar lagi dari seluruh penjuru kelas, yang
menjadikan pipi Dian merah merona kembali. Termasuk godaan dari gue,
Ipul dan Asep.
"Sudah anak-anak, sudah...tenang, jangan pada
ribut, kita balik lagi fokus ke pelajaran ya !" tegur Bu Rohmi, sang
wali kelas tercinta, untuk menenangkan suasana kelas. Walau kami tahu,
Bu Rohmi tak bisa menutupi tawanya karena kejadian ini.
"Ayo Dian, silahkan duduk, itu disana ada yang kosong."
"Iya Bu, terima kasih."
Namun
bukan Dian yang menarik perhatian gue, tapi seseorang yang duduk
disebelahnya. Dia tidak secantik Dian, tapi entah mengapa dia lebih
menyita perhatian gue. Senyumnya yang manis, dan indah matanya yang
mungkin membuat gue begitu terpesona.
Yap, ialah Lia. Nama
lengkapnya Lia Wahyu Nur Utami. Wanita yang cerdas, bahkan, menurut
info, dia selalu menjadi juara kelas diwaktu SD dan SMP. Wanita yang
manis, cerdas, dan peduli tehadap orang lain dan lingkungan
disekitarnya. Ditambah, dia itu salah satu anggota OSIS dan Paskibra
disekolah. Banyak laki-laki yang tertarik padanya, termasuk gue.
Gue
suka sama dia sudah sekian lama, semenjak MOS tepatnya. Saat itu gue
sama dia memang satu gugus. Hanya memang gue belum berani melakukan
apa-apa, karena gue masih canggung kalo menyangkut masalah yang yang
seperti ini. Dan sialnya, Indra, Ipul dan Asep mengetahuinya !
Abis deh gue jadi bahan ejekan mereka...
Indra,
Ipul dan Asep, memang sahabat-sahabat gue sejak SMP. Jadi, gue dan
mereka sudah mengenal satu sama lain dengan baik sekali. Dengan keluarga
masing-masing pun sudah mengenal, gak heran kalo setiap weekend gue
jarang dirumah, tapi berada dirumah salah satu dari mereka, ataupun
sebaliknya. Dan termasuk perasaan gue ke Lia pun mereka mengetahuinya !
Suatu
malam, gue, Ipul sama Asep menginap dirumah Indra. Kamar Indra pun
berubah seketika jadi medan tempur gue dan teman-teman gue. Alhasil,
kamar Indra berubah menjadi seperti kapal pecah ! Walaupun kami juga
tahu, ini sudah biasa. Ya si Indra nya juga jarang bersih-bersih kok !
Disini, kebiasaan buruk kami semua saat tidur terbongkar !
Jam
dinding baru menunjukan jam 8 malam, saat gue, Indra dan Ipul asik
bercanda sambil bermain playstation. Ternyata si Asep sudah mulai start
tidur duluan. Mungkin dia tidur setelah asyik membaca buku. Terbukti
dengan banyaknya buku-buku komik yang berserakan ditempat tidur.
Parahnya, dia tidur itu ngorok ! Dan lagi, karena mulut dia menganga
terbuka lebar, jadi air liurnya itu mengalir deras ! Lalu, terbentuklah
sebuah pulau di bantal.
Iiiiihhhh !
Gue jadi ngerasa kasihan
sama Indra, sebagai pemilik bantal. Dan yang lebih gue kasihan lagi
yang nyuci bantalnya ! Gak kebayang deh baunya kayak apa.
Indra
pun akhirnya tidur terlelap. Sementara gue sama Ipul masih asyik main.
Kalo gue main playstation sama Ipul, pasti rame, karena saking
menghayati permainan tersebut. Tapi gak lama kemudian, terdengar suara
aneh yang mengagetkan kami.
"Maa....Paa....!@#$$%%^^&&**&&^%#" Dan kata-kata selanjutnya yang kami tidak mengerti.
Ternyata
suara itu berasal dari Indra yang lagi mengigau. Sejenak kami
perhatikan. Tapi tiba-tiba Indra berdiri dari tempat tidurnya, dan
berjalan keluar kamar. Karena heran, gue sama Ipul mencoba mengikutinya.
Dan ternyata, si Indra berjalan menuju kamar mamanya ! Ternyata sudah
sebesar ini, Indra masih gak tenang kalo gak tidur sama mamanya. Hihihi.
Hari
sudah tengah malam, akhirnya gue sama Ipul pun tidur. Badan gue memang
kecil, tapi gue kalo tidur gak bisa diam, grasak-grusuk kesana kemari.
Kaki gue ke badannya Asep lah, atau tangan gue ke mukanya Ipul, dan
lain-lain. Dan daya jelajah gue saat tidur pun luas banget ! Bahkan
lebih luas dari tempat tidur !
BRUK !!
"Aduuh..." Gue
mengerang kesakitan karena jatuh dari tempat tidur. Ketika mau kembali
ketempat tidur, ternyata gak bisa. Karena ketika gue jatuh, ternyata
secara serempak Ipul dan Asep yang terbangun, langsung menutup rapat
ruang ditempat tidur ! Asem ! Gue jadi tidur di sofa deh !
Tapi
beruntung juga gue tidur di sofa. Karena, malam itu si Ipul ngompol !
Kata mamanya Ipul, biar sudah segede ini, si Ipul masih suka ngompol
ketika tidur, walaupun jarang-jarang. Berarti Asep dapet jackpot malam
ini, yaiti ompolnya Ipul !
Tapi yang dapet hadiah besarnya ya
Indra. Pagi-pagi ketika dia masuk kamar, dia heran melihat gue yang
tidur di sofa. Dan dia shock berat ketika melihat kasurnya dipenuhi
dengan air liurnya Asep dan ompolnya Ipul. Bau lagi !
Gue aja nyium baunya sudah mau muntah. Apalagi Indra, mengingat semua itu terjadi di kasur kesayangannya. Bisa mati kali dia.
Hahahahahahaha....Whateverlah dengan mereka...
Setelah
cukup lama kenal dengan Lia, akhirnya gue dapat info, kalau si Lia itu
sudah punya pacar ! Mendengar info itu, kesel dan kecewa beraduk jadi
satu bersama penyesalan dihati gue. Ah...kalah cepet gue !
Usut
punya usut, ternyata pacarnya Lia itu adalah kakak kelas gue yang
sekarang kelas 3. Boy namanya. Jagoan karate di sekolah dengan segudang
prestasi mentereng. Wew !
Memang sih, dari segi fisik dia lebih ok dari gue, tapi itu bukan alasan buat gue mundur dari persaingan. No excuse !
Maju perut, pantat mundur !!
Eh salah ! Maksud gue, maju terus, pantang mundur !!
Dalam
masalah ini, Indra, Ipul dan Asep sangat mendukung gue untuk pantang
menyerah mendapatkan Lia. Mereka akan selalu support apapun kondisi gue.
Thank's friend...Our friendship will never end.
"Teng...teng...teng..."
Bel
sekolah berbunyi. Jam 10.00 WIB, waktunya istirahat. Murid-murid
berhamburan kemana-mana, ada yang ke kantin, ada yang ke Masjid sekolah
untuk menunaikan ibadah shalat Dhuha, dan ada pula yang hanya
jalan-jalan sambil ngecengin orang. Kalo gue lebih memilih main bola
dilapangan dengan Asep, Ipul dan Indra, juga dengan teman-teman yang
lain tentunya.
Cukup lelah bermain, gue, Indra, Asep dan Ipul,
langsung menuju kantin. Biar lelah, kami berjalan tetap dengan penuh
tawa dan canda.
Tiba-tiba...
BRUKK...!!
Gue tabrakan sama Pak Yana, guru mata pelajaran matematika yang tegas dalam pelajaran, tapi tetap cool.
"Aduh, kamu ini Azzam, hati-hati kalo jalan !"
"Iya
pak, maaf pak...hehehe" gue cengar-cengir aja kayak kuda. Setelah bantu
Pak Yana merapikan bukunya yang berantakan karena gue tabrak, langsung
aja gue ambil langkah seribu, wusshh..!!
Masih jam istirahat
pertama, waktunya gue, Ipul, Indra dan Asep nyerbu kantin si Teteh.
Ditemani dengan beberapa gelas es teh, sepiring pisang goreng, dan
beberapa makanan cemilan, kegiatan kami ya masih bercanda, bercanda dan
bercanda. Apa lagi tadi ada kejadian 'tabrakan' segala, wuih...makin
seru deh.
Tapi sesaat kemudian, gue terdiam seribu bahasa. Bukan
karena meja disebelah diisi dengan orang-orang yang berpenampilan
layaknya profesor dengan kaca mata tebal dan behel, sambil membaca
buku-buku ilmiah. Tapi karena gue melihat, Lia sedang berduaan dengan
pacarnya, Boy.
"Woy, kenapa lu ?" sapaan Indra membangunkanku dari lamunan.
"Eeem...gak...gak kenapa-kenapa..."
"Ah ngibul lu, patah hati karena ngeliat si Lia berduaan sama si Boy kan ? Ngaku aja udah..."
Skak mat gue dengar pertanyaan dari Ipul.
"Jah, gak bisa berkata-kata dia, berarti iya nih..." Cetus Asep.
"Udeh,
gak usah dipikirin Zam...gua ada info nih dari anak OSIS, katanya PENSI
diadain di semester 2 nanti. Mending kita ikut aja, mumpung masih ada
waktu buat mempersiapkan diri, kita bikin grup band yang super keren
atau boy band aja sekalian !"
"Lu sih enak ngomongnya Dra, gue yang ngerasaain nih !"
"Yaelah, slow aja kali...cewe masih banyak bro..!"
"Bener
kata Indra bro, mending kita ikutin nih PENSI, kalo kita manggung kan,
bisa tenar nama kita disekolah, Ya gak Sep ?" Sahut Ipul.
"Bener banget, kalo udah tenarkan, cewe juga pasti gimanaaa gitu ke kita..!"
"Dan siapa tahu aja, nanti setelah lu tenar nih Zam, si Lia jadi suka sama lu !"
"Yomaan !! So pasti !!" Sahut Ipul dan Asep menyetujui pernyataan Indra.
"Yaudeh, gue mah ikut aja." Jawab gue pasrah.
Keasyikan
ngobrol, kami lupa, kalo sekarang sudah masuk jam pelajarannya Pak
Yana. Mengingat hal itu, kami semua langsung bergegas meninggalkan
kantin menuju kelas.
"Yah benerkan, Pak Yana udah masuk..apes deh !"
"Udah Dra, gas terus aja. Lu mau berdiri disini terus ? Berkeliaran juga lu bisa ditangkep Kepsek kita !"
"Gak lah ! Mana sudi gue ketemu sama Kepsek kita yang gahar itu !? Zam, lu masuk duluan deh..."
Akhirnya dengan memberanikan diri, kami mencoba masuk. Indra, Ipul dan Asep berada dibelakang gue.
"Assalamu'alaikum Pak.."
"Wa'alaikumsalam...kalian ini dari mana saja sih !? Jam segini baru masuk !"
"Toilet Pak..." Jawab gue yang ngebohong dikit. (Jangan ditiru yah !)
"Alasan aja kamu ini, masa ke toilet berempat ? Memang ngapain kamu di toilet ?"
Kena marah deh...
"Itu bibir kalian masih berminyak, bukannya di lap dulu, cabainya masih nempel di gigi lagi..."
Ketahuan deh kalo abis dari kantin...
Dalem banget sih pak celetukkannya !
Karena
celetukkan Pak Yana itu, serempak semua orang dikelas mentertawai dan
menyoraki kami. Dan yang bisa kami lakukan hanya menggaruk-garuk kepala,
dan tertunduk malu.
"Coba kalian berempat, tulis soal dipapan tulis, dan kerjakan sekarang !"
Ini
dia nih, yang bikin gua males banget. Gue juga yakin temen-temen gue
yang lain berpikiran yang sama sama gue. Iya kalo soalnya mudah, dan gue
bisa ngerjainnya, ini mah soalnya susahnya spektakuler !
Berdiri
tegang didepan papan tulis whiteboard, namun bukan soal yang diberikan
Pak Yana yang ada dipikiran gue. Tapi malah si Lia ! Kalo cowo udah
kepalang suka sama cewe begini nih ! Kepikiran mulu ! Bisa sampe kebawa
mimpi kali !
Akhirnya bel istirahat kedua berbunyi, soal yang tadi
gak di bahas, semua murid dipersilahkan meninggalkan ruangan kelas.
Gue, Indra, Ipul juga Asep merasa bahagia banget, karena terbebas dari
'kicauan' Pak Yana, kalo Pak Yana tahu kalo gue gak bisa menyelesaikan
tuh soal, bisa panjang lebar nih urusan, tapi untungnya gak
tahu,hehehehe.
Sebelum masuk waktu dzuhur, gue, Ipul, Indra dan Asep sekali lagi nyerbu kantin. Next our destination it's 'kantin Ibu Soto'.
Kenapa disebut seperti itu ?
Karena hanya disini yang jualan soto di kantin sekolah, walaupun si Ibu gak hanya jualan soto, tapi juga ada sate.
Menu
kami siang ini Nasi + Soto dengan bonus 3 tusuk sate (bukan bonus sih,
tapi minta, bayarnya juga lebih mahal kok, hahaha), dan minuman jus.
Seger banget buat siang-siang yang panas. Ditambah perut kami
keroncongan, makin nafsu saja makannya. Lihat saja si Indra, badannya
kecil, tapi makannya banyak. Yang lain mah bonus satenya 3 tusuk, kalo
Indra mah 5 ! Mana jusnya juga jus alpukat lagi, buah yang banyak
karbohidratnya, parah...
Santai sejenak setelah makan. Sesaat
kemudian, kumandang adzan dzuhur mengingatkan ummat muslim, khususnya
kami, untuk bersegera menunaikan ibadah shalat dzuhur. Kami segera
beranjak dari kantin, dan menuju masjid sekolah, yang katanya, merupakan
masjid sekolah termegah di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor.
Diantara
Gunung Salak dan Pangrango dan dihiasi Sungai Ciliwung, di daerah
itulah sekolah gue berada, (Pedalaman banget ye !?). Sekolah gue ini
merupakan salah satu sekolah negeri di Kabupaten Bogor. Dan juga
merupakan salah satu sekolah favorit.
Kalo bukan sekolah favorit, mana mungkin gue mau masuk sana. hahahahaha.
Terlepas
dari urusan dimana gue sekolah, setelah sholat, gue, Indra, Ipul dan
Asep, bersantai ria di masjid. Sambil menunggu jam pelajaran, kami
tidur-tiduran di masjid. Alhasil, ketika bel tanda masuk berbunyi, kami
malah ketiduran di masjid !
Gak lama berselang, gue pun terbangun.
"Wah
gawat darurat ini !!" Teriak gue kaget, ketika melihat jam di handphone
yang menunjukan pukul 13.55 WIB, yang artinya kami melewati jam
pelajaran Bu Handayani, Bahasa Indonesia.
"Kenapa sih lo !? Berisik tau !"
"Tau nih, ganggu aja !" lanjut Ipul.
Ipul
dan Asep, terbangun dari tidur mereka karena kaget dengan teriakan gue,
sementara Indra, stay cool, gak bergeming sama sekali dari tidurnya.
"Sekarang udah jam setengah 2 men, gila lu masih mau tidur lagi !" Tegas gue.
"Yang bener lo ?" Timpal Asep.
"Ah, kita udah biasa telat ini Zam, slow aja kali..." Sahut Ipul, sambil merebahkan tubuhnya lagi.
"Katanya biologi ulangan nih !" Tegas gue. "Lu udah otak pas-pasan, masih aja males masuk, parah..." Lanjut gue.
"Wah yoi ! Celaka dua belas ini !" Sahut Asep, yang kemudian beranjak dari tempatnya tidur.
"Sep, Pul, si Indra gimana nih ? Masih molor tuh dia."
"Tinggallin aja !" celetuk Ipul.
"Kasihan bro, gak setia kawan amat sih lu..." Sahut gue dengan penuh rasa kesetia kawanan.
Ditengah
kepanikan karena terlambat, keisengan kami muncul untuk ngerjain Indra.
Idenya adalah, berpura-pura sholat jenazah, dan jenazahnya adalah Indra
yang sedang tidur ! Gue imamnya, Asep ma'mum, dan Ipul yang ngambil
gambar. Setelah gambar diambil, terus diup load ke Facebook dan twitter
deh !
Siapa tahu bisa tenar gitu...hehehehe.
"Ckraak !!"
Ternyata bunyi dari kamera Ipul gak dimatiin, dan bunyi itu menyebabkan Indra terbangun dari tidurnya.
"Oi
! Sialan lu pada ! Wah parah ini mah !" Indra ngedumel sambil kaget
karena jadi 'jenazah sesaat'. Gue, Ipul dan Asep hanya tertawa,
hahahahaha.
I'm so sorry friend. That is just kidding ok ?
Dari
masjid, kami langsung menuju kelas. Karena melewati ruang guru, kami
berhenti sejenak. Dan masuk ke ruangan untuk menanyakan keberadaan Bu
Widya, guru Biologi.
"Assalamu'alaikum Pak, ada Bu Widya ?" Gue bertanya ke seorang guru yang ada disana.
"Wa'alaikumsalam, Bu Widya gak masuk hari ini, coba kamu tanya ke guru piket. Siapa tau Bu Widya menitipkan tugas."
"Oh, terima kasih Pak."
Bergegas
kami menuju ruang piket guru, yang berada tepat di samping ruang TU
(tata Usaha), dan ruang WAKASEK (Wakil kepala sekolah), dan tentunya
dekat dengan gerbang sekolah tercinta.
Setibanya di ruang piket,
kami langsung menyampaikan maksud kami, ada atau tidak tugas dari Bu
Widya untuk kelas kami, kelas X-8. Dan informasi yang kami dapat adalah,
tidak ada tugas, dan karena pelajaran terakhir, kami dipersilahkan
pulang.
Cihuy !!
Setelah berterima kasih ke guru piket atas
info yang menggembirakan, kami semua langsung lari menuju kelas, dan
menyampaikan info gembira ini ! Alhasil, kelas menjadi gaduh, dan
mengganggu kelas sebelah, yang ternyata sedang ulangan mata pelajaran
Pak Yana, matematika. Karena kegaduhan tersebut, kami sekelas kena marah
sama Pak Yana, tapi itu tidak menyurutkan semangat kami untuk pulang
lebih awal.
"Zam, kenapa kelas lu udah pada keluar ini ? Belum
waktunya kan ?" Tanya Pak Ipunk (security sekolah) yang biasa di panggil
Babeh ke gue.
"Emang Beh, tadi jam pelajaran terakhir gak ada
gurunya, udah gitu gak ada tugas dan dipersilahkan pulang sama guru
piket, so, bubar duluan deh." Penjelasan gue sesingkat mungkin.
"Oh, yaudah kalo gitu mah."
Babeh
menghela nafas, mungkin masih kebingungan kenapa kelas gue pulang lebih
awal. Karena, biasanya sekolah gue ini ketat banget. Sebelum Jam pulang
sekolah gak ada yang boleh pulang duluan, malah yang ada pulangnya
lebih lama. Lagi beruntung kali nih kelas gue.
Biasanya gue,
Indra, Ipul dan Asep, setelah pulang sekolah gak langsung pulang. Tapi
nongkrong dulu di pos satpam sekolah sampe sore. Tujuannya, ngeliatin
ekstrakulikuler yang latihan, kalo bisa sih sambil nimba ilmunya,
apalagi kalo sampe dapat pacar. Hahaha, ngarep.com !
Kalo kata pepatah, sekali dayung, dua - tiga pulau terlampaui, hehehehe.
Kalo Indra sama Asep sukanya saat nonton latihan eskul futsal, kalo Ipul capoeira, kalo gue...ya paskibra !
Gue
suka lihat latihan paskibra bukan karena gue suka sama seragamnya yang
mentereng, apalagi sama latihannya. Males deh kalo gue harus latihan
panas-panasan ditengah lapangan ! Tapi gue suka lihat paskibra latihan
itu, karena disana ada Lia !
Bahkan, kami sampe hafal jadwal
latihan eskul kesukaan kami, walau kami bukan anggotanya. Dan jadwal
eskul paskibra itu, mereka latihan setiap hari Selasa dan Rabu sepulang
sekolah. Dan juga setiap hari Senin ada upacara pengibaran bendera, yang
2 minggu sekali diadakan upacara bagi seluruh siswa, dan setiap hari
Jum'at sore ada upacara penurunan bendera.
Dan hari ini, karena hari Selasa, jadi jadwalnya paskibra latihan ! Waktunya gue buat nongkrongin si Lia, hahahahahaha.
Sesaat kemudian, gue melihat Lia bersama Dian. Dan ternyata Dian pun ikut ke eskul paskibra ini.
Ketika
paskibra latihan dilapangan, yang gue perhatikan dari kejauhan hanya
Lia seorang. Gak peduli teman-teman ngecengin apa. Sampai setelah
latihan pun, gue masih memperhatikan dia.
Gue, Indra, Ipul dan
Asep bersiap pulang. Disaat yang bersamaan gue melihat Lia lagi
berpamitan pulang ke Babeh. Gue pun mendekati Babeh, dengan niat yang
sama, berpamitan pulang ke Babeh.
"Zam, pulang duluan yah..." Lia menyapa gue dengan ramah dan lembut disertai dengan senyum manisnya.
Dan
gue cuma bisa menjawab "iya.." dengan kaku, sambil melambaikan tangan
ke Lia. Dan ternyata, Lia membalas lambaian tangan gue, disertai dengan
sorot matanya yang indah, dan senyum manisnya yang mempesona !
Edaaaaaaaaan !
Berasa mimpi gue ! Ya Allah, mimpi apa gue semalem !
Hal ini selalu kebayang dibenak gue, bahkan sampe kebawa mimpi !
Mimpi indah nih gue malem ini !
Cihuy !
Tapi sayangnya, mimpi indah gue itu dirusak oleh kedatangan Boy, yang menjemput Lia pulang sore itu.
Aaaaarrrrrrrrrrrgghhhhhhh !
Malemnya,
gue gak bisa tidur mikirin kejadian tadi sore disekolah. Gue gak
mikirin besok ada tugas apa gak ? Besok ada ulangan apa gak ? Yang gue
pikirin cuma Lia.
Kalo makan dan sholat sih gak usah ditanya lagi,
itu kewajiban yang harus di penuhi. Jadi, mau kondisi seperti apa,
harus tetap ingat dan dilaksanakan.
Gue lalui hari seperti
biasanya, penuh canda bersama 'Genk Begundal' ! Genk itu anggotanya gue,
Ipul, Asep dan Indra. Biar namanya 'Begundal', tapi kami tetap
memperhatikan sopan santun, tata krama, rajin ibadah, baik hati dan
rajin menabung loh ! Gak gigit lagi.
Setelah jam istirahat
pertama, adalah jam pelajaran olah raga. Pelajarannya Bu Sela nih, guru
yang atraktif, bawel, tapi asyik. Gue dan teman-teman yang lain pun
lebih bersemangat belajarnya, apa lagi mata pelajarannya olah raga.
"Hai Zam..."
Dian
dan Lia menyapa gue, yang kebetulan gue dan mereka berpapasan saat gue
lagi jalan menuju kelas untuk beristirahat setelah pelajaran olah raga
di lapangan.
"Hai juga..." bales gue.
"Zam, kemarin kamu sama Ipul, Asep dan Indra ngapain disekolah sampe sore ?" Tanya Lia.
"Kita cuma nongkrong aja kok. Udah kebiasaan kita memang setiap pulang sekolah, kita nongkrong di pos Babeh."
"Sampe sore ? Ngapain aja tuh ?" Sambung Dian.
"Paling
ngebahas tugas, kalo bisa dikerjain disana, ya langsung dikerjain. Sama
ngeliatin yang pada latihan eskul aja, sambil nemenin Babeh."
"Ngeliatin doang ? Gak ikut ?" Dian nanya lagi.
"Ikut ? Gak dulu deh...hehehe" Jawab gue singkat.
"Kenapa
gak ? Kamu coba aja dulu. Masa SMA itu lebih baik kamu lewati dengan
berorganisasi seperti ikut eskul, dari pada nongkrong-nongkong gak
jelas."
Kalo Dian yang ngejelasin sih gue gak mau. Tapi ini Lia, gue jadi mikir berkali-kali untuk bilang gak.
"Tapi gue bingung milih eskul apa ?" Gue bertanya balik.
"Paskibra aja !" Sahut Lia antusias.
"Paskibra ?" Tanya gue bingung.
Masa paskibra sih Lia ? Gue harus panas-panasan dong ? Nanti gosong dong kulit gue ?
Tidaaaak !!!
"Iya, paskibra aja Zam" timpal Dian.
"Gue coba dulu deh, masih bingung soalnya." Jawab gue singkat, padat, tapi gak jelas ikut atau gak.
Dengan antusias Lia pun menjawab, "ditunggu yah, nanti kita latihan sepulang sekolah. Kamu dateng aja."
"Iya, insya Allah."
Aduh,
pasikbra ? Aje gile nih ! Kalo Ipul, Asep sama Indra tau kalo gue ikut
paskibra, bisa abis nih gue dicengin sama mereka. Gue harus cari cara
biar mereka gak tahu !
Sepulang sekolah, gue langsung memisahkan diri dari Indra, Ipul dan Asep.
"Eh, si Azzam kenapa ? Langsung cabut gitu aja ?" Tanya Indra heran.
"Ada masalah kali sama keluarganya, jadi dia langsung cabut." Jawab Ipul.
"Ah
gak mungkin. Orang tuanya kan lagi di luar kota, kakaknya lagi kuliah
di Jerman. Paling dia mau ketemuan sama Lia." Cetus Asep.
"Bisa jadi tuh !" tandas Indra. "Wah parah kalo mau ketemuan gak ngajak kita, lupa daratan dia ! Ikutin aja yuk ?" Tambah Ipul.
"Boleh," sahut Asep, "tapi ikutin kemana ? Kan si Azzam udah cabut duluan ?" Lanjutnya.
"Kan nanti paskibra latihan nih, otomatis si Lia ada, gimana kalo kita tongkrongin aja ?" Usul Ipul.
Dengan serempak Indra dan Asep menyetujui.
Tiba
disuatu ruangan. Bersama Lia dan Dian, gua masuk keruangan tersebut.
Masuk, lalu duduk. Sebelum acara dimulai, berdo'a dulu, setelah itu gue
dipersilahkan maju kedepan untuk memperkenalkan diri. Setelah itu, gue
diajarkan bagaimana tata krama di ruangan ala paskibra. Kemudian latihan
baris-berbaris dilapangan.
Gue dipisahkan dari pasukan. Karena
gue mau diajarkan gerakan-gerakan dasar dahulu. Setelah lancar dan bisa
menyesuaikan, baru gue bergabung sama yang lain. Sambil latihan baris,
gue memperhatikan sekitar.
DAMN !!
Ternyata Ipul, Indra dan
Asep ngeliatin gue latihan !! Dan mereka tertawa terbahak-bahak di tepi
lapangan !! Mati gaya deh gue ! Gak Tau gue harus ngapain lagi, abis deh
gue dicengin.
Seusai latihan, Ipul, Indra dan Asep menghampiri gue.
"Hai anak paskibra !" Si Indra teriak.
Gue diem aja deh.
"Lu ikut paskibra gak bilang kita-kita, kenapa ?" Tanya Asep.
"Gua ikut karena diajak Lia," jawab gue, "gue gak bilang karena takut abis dicengin."
"Ah payah lu, ceng-cengan kan udah biasa !" timpal Ipul.
"Iya Zam, jangan karena ngejar cinta, sahabat dilupain." Tambah Indra.
"Iye..sori..sori..." Jawab gue pasrah.
Hari
demi hari gue lewati seperti biasanya. Hanya kali ini kegiatan gue
bertambah, yaitu latihan paskibra. Tapi biar gue ikut paskibra, gua gak
lupa sama 'The Begundal'.
Balik lagi ke masalah gue sama Lia.
Sebelum pergi ke sekolah, gue, sang pemuja rahasianya Lia ini, diam-diam
mendatangi rumah Lia. Dari balik pohon, gue lihat pagar rumahnya itu
terbuka, dan dihalaman rumahnya yang gak begitu luas, gue cuma lihat
mobil ayahnya Lia yang sedang menyala, mungkin mesinnya lagi dipanaskan.
Gue
nekat, diam-diam gue meletakkan serangkai bunga mawar dengan sepucuk
kertas yang berisikan puisi cinta untuk Lia didepan pagar rumahnya. Gue
harap sih, Lia mengambil bunga dan surat tersebut. Tapi ternyata, bunga
dan surat dari gue itu terlindas mobil ayahnya Lia, ketika mobil
tersebut dikeluaran oleh ayahnya Lia yang hendak pergi mengantar Lia
sekolah !
Ah, kesempatan pertama, berakhir mengecewakan.
Kesempatan
berikutnya, lagi-lagi gue datang ke rumah Lia dengan membawa serangkai
bunga mawar dan sepucuk kertas berisikan puisi untuk Lia. Kali ini gue
gak meletakkan bunga dan kertas tersebut di depan pagar, tapi gue
letakkan diatas tembok pagar rumah Lia. Suara deru mesin mobil ayahnya
Lia terdengar. Gue optimis, kali ini gak akan terlindas lagi.
Cuaca
pagi hari itu mendung, matahari seolah enggan menampakkan sinarnya.
Udara terasa dingin, padahal gue sudah memakai jaket yang tebal, tapi
masih kedinginan juga. Lalu angin berhembus kencang, membuat gue semakin
kedinginan. Dan karena angin itu pula, bunga yang gue letakkan diatas
pagar rumah Lia, jatuh tercebur ke selokan !
Ah, gak mungkinlah gue memberikan bunga yang sudah kotor ke Lia. Kesempatan kedua, juga gagal.
Kesempatan
ketiga, mungkin juga kesempatan terakhir. Kenapa ? Karena gue sudah gak
punya uang lagi untuk mempersiapkan segala perlengkapan. Waktu itu,
sekolah lagi libur beberapa hari. Jadi, karena gak sekolah, gue gak
dikasih jajan sama orang tua gue, yang kebetulan saat itu pulang ke
rumah.
Pagi-pagi gue sudah di rumah Lia. Hari itu cerah, jadi gak
ada angin yang berhembus kencang lagi. Gue kembali meletakkan bunga dan
sepucuk kertas berisikan puisi cinta untuk Lia diatas pagar rumahnya.
Dari
balik pohon gue menunggu. 1 jam, 2 jam, bahkan sampai 3 jam gue
menunggu, Lia gak keluar rumah juga. Malah kemudian seorang tetangganya
Lia yang keluar. Dan menyapa gue.
"Lagi apa mas ? Cari mbak Lia
yah ?" Tanyanya, "oh mbak Lia dan keluarganya lagi keluar kota mas,
mungkin punglangnya 4 atau 5 hari lagi..." Lanjutnya.
"Oh...terima kasih bu.." Jawab gue sopan.
Keluar kota ? 4 atau 5 hari lagi pulangnya ? Bisa layu duluan nih bunga ! Dan gak mungkin gue nunggu selama itu disini !
Hah, kesempatan kali ini gagal lagi. Setelah gue ambil lagi bunga dan puisinya, gue pulang sambil tertunduk lesu.
Suatu
ketika, gue pernah mencoba untuk membacakan puisi cinta gue ke Lia.
Tapi disana ternyata ada Boy. Dia datang bersama teman-temannya, merebut
kertas puisi gue, dan merobek-robeknya. Abis gue jadi bahan ejekan Boy
dan teman-temannya. Dalam kondisis ini, mereka merasa diatas angin,
karena mereka merasa sebagai senior. Tapi, gue gak akan nyerah !
Panitia
PENSI sudah membuka pendaftaran, kami, 'The Begundal', memutuskan untuk
berpartisipasi dalam PENSI sekolah. Hanya kami bingung, mau menunjukkan
apa.
Mau band, kami cuma bisa main alat musik gitar sama suling.
Mau vocal grup, suara pada pas-pasan semua.
Mau dance, pada gak bisa.
Mau acoustic pake gitar, bingung yang jadi vocalist siapa.
HADEUUUH !
Akhirnya
sebuah ide keluar dari Ipul. Sedikit gila memang idenya, tapi kami
semua menyutujuinya. Ide itu adalah, di PENSI nanti 'The Begundal' akan
menjadi sebuah BOY BAND !!
Gak peduli gak bisa dance, gak peduli
suara dan tampang kami pas-pasan. Yang penting kita bisa menghibur dan
gila-gilaan di PENSI nanti, masalah teknis, masih ada waktu untuk
berlatih.
PENSI diadakan pertengahan April. Berarti masih ada 4
bulan lagi untuk latihan. Kami latihan koreografi di Ibunya Indra, yang
memang seorang koreografer. Masalah vocal, kami meminta Ibu Sari, guru
kesenian kami, untuk melatih kami. Sekarang, yang penting usaha dulu,
hasil belakangan.
Semangat dan senyum :-) !
Namun, ditengah
perjalanan, senyum itu memudar. Bukan karena kami sudah bosan
menjalaninya, dan bukan juga karena kami menyerah. Tapi karena ada
masalah antara gue dan Indra. Dan penyebab masalah itu adalah Dian.
Semenjak
gue ikut paskibra, gue jadi lebih deket sama Lia dan Dian. Dan entah
mengapa, setiap ada tugas kelompok, gue selalu kebagian satu kelompok
sama Lia dan Dian. Jadilah gue makin deket sama mereka.
Disuatu
waktu, gue mau menanyakan tentang tugas kelompok ke Lia, tapi yang ada
Dian. Yaudah, gue tanya aja Dian. Saat gue asyik aja ngobrol sama Dian,
tiba-tiba Indra menghampiri gue.
"Temen makan temen lo ye !"
"Maksud lu apa Dra !?" Tanya gue heran.
Kami hampir berkelahi saat itu, namun Asep dan Ipul segera melerai kami. Dan kemudian Indra pergi begitu saja.
Semenjak saat itu, hubungan gue dan Indra jadi renggang. Dan itu berdampak pada boy band yang kami bangun.
Gue
bingung dengan maksud Indra marah ke gue. Apa dia cemburu ke gue yang
deket sama Dian ? Tapi dia kan tahu, kalo gue gak ada rasa sama Dian.
Jadi ngapain juga gue ngedeketin Dian ?
Pusiiing...!
Seusai latihan paskibra dihari itu. Dian menanyakan kejadian tadi siang.
"Zam, Indra kenapa tadi ? Kok jadi begitu ? Biasanyakan kalian berdua akrab."
"Gak tau gue..." Gue jawab dengan dingin saja. Apalagi disana ada Lia, gue gak mau menunjukan kegundahan gue didepan dia.
Kemudian, gue menghampiri Lia.
"Lia...pulang sendiri ? Gak dijemput sama Boy ?"
"Gak Zam..."
Menurut
gue, kalo dilihat dari raut wajahnya sih, kayaknya lagi ada masalah.
Gue sebenenya ingin tahu, tapi gue coba tahan. Nanti kalo gue tanya, Lia
malah merasa risih sama gue, dan itu buat usaha gue sia-sia semuanya.
"Yaudah, pulang bareng gue aja, gimana ?"
"Gak deh, Lia pulang sama yang lain aja, terima kasih ya Zam atas tawarannya..."
"Sama-sama..."
Kecewa memang, ajakan gue ditolak begitu saja, tapi gue gak bisa memaksa dia.
Waktu
PENSI tinggal 1 bulan lagi. Dan audisi diadakan seminggu sebelumnya.
Tapi tak ada kemajuan di boy band 'The Begundal'. Hubungan gue dan Indra
makin renggang karena masalah yang lalu.
Hubungan gue dan Indra
makin lama makin parah. Gue sama Indra makin jarang ketemu, malah gak
pernah lagi main bareng, atau hanya sekedar ngorbol. Dengan kondisi ini,
yang kena imbasnya adalah Ipul dan Asep.
"Sep, kita gak bisa diem terus begini, kita harus menyelesaikan masalah si Azzam sama Indra."
"Iya pul, ini bukan hanya berdampak ke boy band kita, tapi lebih parah ke persahabat kita !"
"Itu yang gue takutin ! Inti pemasalahan ini si Dian kan ? Kita harus kasih tau dia."
"Tapi gimana cara ngomong ke Dian pul ? Gak enak jugakan kalo sampe orang lain ikut campur, inikan masalah internal kita."
"Kita cuma kasih tau dia penyebab masalah ini, kita minta kesaksian dan pendapat dia. Penyelesaian masalah tetap di kita."
Asep menyetujui usul Ipul. mereka bersegera mencari dan menemui Dian.
Disuatu ruangan di sekolah, saatnya istirahat latihan paskibra. Gue, Lia dan Dian sedang duduk-duduk bersama yang lainnya.
"Zam, nanti sore bisa anterin Lia gak ketoko buku ?" Ajak Lia.
"Bisa aja..." Gue menyanggupi.
"Mau cari buku apa kamu Lia ?" Tanya Dian.
"Buku bacaan aja..."
"Emang lu sukanya buku bacaan apa ? Komik ? Novel ? or yang lain ?" lanjut gue.
"Novel...dari cinta sampe misteri Lia suka." Jawabnya singkat.
Sementara
gue asyik ngoblrol sama Lia, Dian beranjak dari tempat kami, menuju
toilet. Dijalan, akhirya Dian bertemu dengan Asep dan Ipul. Asep dan
Ipul segera mengajukan maksud mereka untuk bertemu Dian. Dan hasil
percakapan itu mereka rekam di handphone Asep.
Seusai latihan, gue
dan Lia langsung pergi ketempat buku. Gue sengaja mengendarai motornya
dengan kecepatan lambat. Ini salah satu trik supaya gue bisa lebih lama
jalan berdua sama Lia. Hehehe.
Dan terbukti, gue selesai latihan jam 17.00 WIB, dan tiba di rumah Lia jam 20.30 WIB, Weew...!
Kesokannya,
disekolah, gue melihat Lia sedang bertengkar sama Boy, gue hanya
memperhatikan dari jauh, tanpa mengetahui apa penyebabnya. Yang jelas,
gue merasa miris. Gue memang suka sama Lia, tapi gue gak mau melihat Lia
bersedih.
Gue melihat Lia bersedih dikelas. Sendirian, mungkin
sedang merenungi apa yang telah terjadi. Gue hampiri saja Lia, gue coba
menghiburnya dengan guyonan-guyonan, kao perlu jadi topeng monyet, jadi
topeng monyet deh gue.
Alhasil, Lia tersenyum dan gak menunjukan
ekspresi wajah yang sedih lagi ke gue. Gue coba nanya ke Lia, apa yang
menyebabkan dia sedih. Dia cuma menjawab kalo dia baru bertengkar dengan
Boy. Ketika gue bertanya apa penyebabnya, dia hanya tersenyum, seakan
dia menutupi sesuatu. Perkiraan gue, mereka bertengkar karena gue.
Mungkin iya, mungkin juga gak. Gue harap sih gak.
Sore itu, gue di
ajak Asep untuk menyelesaikan masalah gue dan Indra. Gue terima ajakan
itu. Sampe ditempat tujuan, ternyata disana sudah menunggu Ipul dan
Indra. Ketika Indra melihat gue, emosinya langsung naik, dan hendak
menghajar gue.
"Dasar pengkhianat !! Temen macam apa lo !?"
"Gue bukan pengkhianat Dra ! Jangan ngomong sembarangan lu ! Jaga tuh mulut !"
"Woi ! Udah jangan ribut mulu kenapa !!" Ipul melerai.
"Disini tuh kita mau menyelesaikan masalah yang ada !" Tambah Asep.
"Lu ngomong aja tuh sama pengkhianat." gumam Indra.
"Wah, mulut lo gak bisa dijaga yah !? Perlu dihajar nih !"
Emosi
gue kesulut karena omongan Indra. Tapi sebelum gue menghajar Indra,
Asep menahan gue. Dan Ipul menahan Indra yang hendak membalas gue.
"Udeh tenang ! Ini semua cuma salah paham !" Tegas Ipul.
"Salah paham apa Pul !? Jelas-jelas dia berkhianat !"
"Ini
semua salah paham Dra," sahut Asep, "Lu menganggap si Azzam ngedeketin
Dian kan ? Tapi sebenernya bukan itu yang terjadi." Lanjutnya.
"Tuh ini salah paham Dra ! Gue kan udah bilang ke lu kalo gue gak ada rasa sama Dian !"
"Zam, lu tenang dulu coba !" Tegas Ipul, "gak akan selesai masalah kalo lu begini terus !" lanjutnya.
"Gini Dra, gue sama Asep udah ngasih tau Dian tentang masalah ini. Dan gue tanya ke Dian, apa yang sebenarnya terjadi."
"Apa ?" Tanya Indra keheranan.
"Ini, gua punya hasil rekamannya," sahut Asep, "gua puter ye."
Rekaman
itu berisikan tentang pertemuan Asep, Ipul dan Dian. Dan mendekati
akhir, hanya suara Dian saja yang terdengar. Dan gue tahu, pesan Dian
itu ditujukan untuk Indra.
"Dra, sebenernya Dian dan Azzam itu gak
ada apa-apa. Kami hanya temen. Kamu jangan salah paham yah...dan
sebenernya Dian suka sama kamu Indra, bukan sama Azzam, Dian harap kamu
mengerti, dan kamu jangan ribut lagi sama Azzam. Kamu, Azzam, Ipul dan
Asep kan bersahabat. Dian sayang kalian, terutama kamu Indra..."
Itulah isi pesan di rekaman dari Dian.
"Tuh
Dra, lu dengerkan ?" Tanya gue dengan nada lebih rendah. "Itu bukan gue
Dra yang ngomong, tapi Dian. Gue gak ada apa-apa sama dia, dan gue gak
mau jadi pengkhianat, apalagi sampe 'temen makan temen'." Lanjut gue.
"Sekarang kalian baikan yah, dan berteman kayak dulu lagi." Timpal Asep penuh harap.
Akhirnya
Indra meminta maaf ke gue, dan gue pun memaafkannya. Kami pun berjabat
tangan dan berpelukan. Gue gak mau persahabatan yang sudah gue bangun,
pecah karena salah paham.
Persahabatan gue dan
Indra sudah normal lagi. Tiba-tiba Boy dan kawan-kawannya menarik gue,
dan memukuli gue. Pemukulan itu usai ketika Lia dateng, dan teman-teman
gue berhasil menarik gue dari kepungan.
Terjadi percakapan antara
Lia dan Boy, dan gue gak tahu apa yang mereka bicarakan. Setelah itu Boy
pergi. Lia pun menghampiri gue, dan kemudian dia menangis.
"Kenapa lu nangis ?"
Tanya
gue ke Lia, karena gue melihat keluar air mata di mata Lia. Namun Lia
hanya tertunduk dan menghapus air matanya itu, kemudian tersenyum.
seakan mau menutup-nutupi.
Sepulang sekolah, Lia mengajak gue jalan. Disana gue berbicara sama dia, setelah itu gue baru tau apa yang telah terjadi.
Ternyata
tepat perkiraan gue, Lia dan Boy bertengkar gara-gara gue deket sama
Lia. Namun, Lia sendiri sudah tidak merasa nyaman dengan Boy dan dia
merasa lebih enjoy ke gue. Katanya, Boy suka memaksakan kehendaknya
sendiri dan terlalu egois. Gue gak tahu itu benar apa tidak. Yang jelas,
setelah ini gue merasa lebih dekat sama Lia.
Waktu audisi PENSI
tinggal seminggu lagi, 'The Begundal' yang sempat hancur ditengah jalan,
kini harus berbenah secepat mungkin. Mulai dari latihan vocal,
koreografi, sampai pemilihan kostum dilakukan dengan intensif.
Tiba
saatnya audisi. Gue, Indra, Ipul dan Asep larut dalam ketegangan.
Setelah tampil, kami hanya bisa berdo'a, semoga kami lolos.
Kesokannya, tiba saatnya hasil dibagikan. Perwakilan dari kami adalah Indra.
"Kenapa lu Dra lesu begitu ?" Tanya gue heran.
"Iya ? Kita loloskan ?" tambah Asep.
Dan Indra hanya menggelengkan kepala.
Ipul langsung merebut hasil penilaian dari Indra. Lalu kami buka bersama, dan ternyata...
"SELAMAT 'THE BEGUNDAL' KALIAN LOLOS".
Dan ketika kami melihat kearah Indra, ekspresi wajahnya berubah. Yang tadinya lesu menjadi cengar-cengir layaknya kuda.
"Ooh..jadi maksud lu cuma pura-pura gitu ?" Tanya gue.
"GAK MEMPAAAN !!" Sahut gue, Asep dan Ipul serempak.
"Tapi lu semua khawatirkan ? Hehehehe." Tanya Indra dengan gayanya yang tengil.
Gak peduli Indra mau ngeles kayak apa. Yang penting kami lolos. Dan selanjutnya, kami harus berlatih agar tampil maksimal.
Kami berlatih sehari 3x, berarti dalam 6 hari, kami berlatih 18x !
Banyak banget !!
Tapi bohong. Hehehehe.
Dalam seminggu kami hanya berlatih 3x saja kok !
Jum'at,
17 April 2010, tepat sehari sebelum PENSI. Karena makin kesini,
hubungan gue sama Lia makin deket, so, hari ini gue mau menyatakan
perasaan gue ke dia. Dan ternyata, Indra pun mau menyatakan cintanya ke
Dian hari ini.
Inget ya, gue ngedeketin Lia secara sehat, gak main belakang apalagi main dukun ! Yang ada dibelakang gue hanya temen-temen gue.
Gue sudah menyiapkan strategi. Teman-teman gue sudah siap lahir bathin buat membantu gue.
Seperti
ini rencananya. Pertama, Dian ajak Lia ke toko buku, tapi sebelumnya
gue dan Indra minta izin dulu ke pemilik toko untuk rencana ini. Asep
menyamar jadi karyawan toko tersebut, untuk memantau apakah Dian dan Lia
sudah ada diposisi. Setelah Dian dan Lia berada diposisi, Ipul langsung
mengambil alih pengeras suara. Dan mengumumkan akan terjadi pernyataan
cinta kepada Dian dan Lia. Setelah itu, dengan masing membawa serangkai
bunga mawar, gue dan Indra menghampiri Dian dan Lia. Gue menyatakan
perasaan gue ke Lia, sementara Indra ke Dian.
Rencana ini diketahui oleh gue dan teman-teman, termasuk Dian. Namun, Dian hanya mengetahui rencana ini ditujukan untuk Lia.
So, this is surprise for you, Dian.
Usai shalat Jum'at, kami langsung menuju ke lokasi, dan melakukan persiapan. Begitu persiapan selesai, rencana siap dijalankan.
Dian
dan Lia sudah dilokasi. Asep memberikan tanda, dan Ipul melaksanakan
tugasnya dengan baik. Tiba-tiba gue dateng kehadapannya Lia dengan
membawa serangkai bunga mawar.
"Lia, bunga mawar ini gue berikan ke lu, sebagai tanda cinta tulus gue ke lu. Lu mau gak jadi pacar gue ?"
Akhirnya, kata-kata itu keluar dari mulut gue, walaupun dengan terbata-bata. Tapi Lia hanya tersenyum, diam tersipu malu.
"Terima...Terima...Terima...!"
Kata-kata itu terdengar dari seluruh orang yang berada di toko buku tersebut. Termasuk juga dari Dian.
Tiba-tiba,
Indra muncul dengan membawa serangkai bunga mawar yang telah
dipersiapkan, dan langsung mengatakan cintanya kepada Dian.
"Dian, gue suka sama lu, lu mau gak jadi pacar gue ?"
Kata-kata
itu lancar terucapkan oleh Indra, yang seakan-akan menandakan bahwa
Indra lebih siap dibandingkan gue. Dian pun kaget mendengar ucapan itu.
"Dra ? Apaan nih ?" Pertanyaan itu dilontarkan Dian dengan wajah tersipu malu.
Sekali
lagi, seluruh orang yang ada disana meneriaki
"Terima...terima...terima..." Kemudian terdengar suara Ipul dari
pengeras suara.
"Saudara-saudari sekalian, harap hening sejenak. Mari kita beri kesempatan kepada Lia dan Dian untuk menjawab."
Hening sejenak. Gue dan Indra gak bisa berkata apa-apa lagi. Hanya diam dan menatap penuh harap.
"Dra,
sorry sebelumnya, Dian berterima kasih sama Indra untuk ini semua,"
kata Dian, yang membuat Indra tertunduk lesu. "Tapi Dian gak bisa bohong
sama perasaan Dian, kalo Dian..."
Indra masih tertunduk lesu, dengan wajah yang tegang, yang tak bisa ditutupinya.
"Kalo Dian juga suka sama Indra..."
Serentak
tepuk tangan bergemuruh dari penjuru toko. Ekspresi wajah Indra yang
tadinya tegang pun erubah menjadi senyum bahagia. Namun senyum itu belum
ada untuk gue. Gue masih menanti sebuah jawaban dari Lia, yang nampak
bingung untuk mengutarakannya.
"Tenang...tenang saudara sekalian,
masih ada satu lagi nih." Kembali terdengar suara Ipul dari pengeras
suara, dan membuat suasana hening kembali.
"Azzam..."
Akhirnya
Lia berbicara juga. gue bisa mendengar suara detak jantung gue saking
tegangnya. Dag-dig-dug jantung gue berdetak dengan cepat, melebihi
kecepatan cahaya mungkin.
"Lia minta maaf sama Azzam yah..." Lanjut Lia.
"Kenapa ?" Tanya gue heran.
"Lia minta maaf, soalnya Lia gak bisa kasih jawabannya sekarang. Lia butuh waktu untuk berpikir dulu..." Jawab Lia lembut.
Gak
ada kata-kata yang terucap dari mulut gue. Gue cuma menganggukkan
kepala, mengiyakan permintaan waktu dari Lia. Setelah itu, gue pergi
dari tempat itu. Ipul, Asep dan Indra mengikuti gue. Sebelum pergi, gue
pamit sama Lia dan Dian, juga sama pemilik toko. Dan gak lupa pamit juga
sama orang-orang yang ada di toko itu.
Malam itu, gue gak bisa
konsen buat mempersiapkan penampilan besok, karena masih belum ada
jawaban yang pasti dari Lia. Dan itu mengganggu latihan 'The Begundal'
malam itu.
"Lesu amat lu Zam ? Masih mikirin jawaban dari Lia apa ?" Tanya ipul.
"Tenang aja, lu pasti diterima kok !" Tambah Indra, untuk memberi semangat ke gue. Tapi, gue hanya masih duduk terdiam.
"Yaudah,
kalo gini kondisinya, kita latihan malam ini juga gak akan beres, kita
udahin aja latihannya terus istirahat ? gimana ?" Tanya Asep penuh
pengertian. "Masalah hasil besok, Lillahita'ala aja." Lanjutnya.
Ipul
dan Indra menyetujuinya, tapi gak dengan gue. Gue meminta latihan untuk
tetap dilanjutkan. Gue akan berusaha semampu gue untuk fokus.
Dan akhirnya latihan dilanjutkan. Seusai latihan, kami langsung beristirahat.
Sabtu,
18 April 2010. Hari ini tepat 16 tahun lalu gue dilahirkan. Tapi
pikiran gue gak kearah sana. Gue lebih memilih fokus kepenampilan gue
diatas panggung nanti. Segala persiapan sudah dilakukan sejak lama, dan
sekarang tinggal finishing.
"Mari kita saksikan perform dari sebuah boy band, 'The Begundal' !!"
Panggilan dari pembawa acara PENSI itu, menandakan saatnya 'The Begundal' tampil.
Tegang,
grogi, bercampur, hasilnya jantung dag-dig-dug, tangan gemetar, dan
kaki lemas. Itu kami alami sesaat sebelum naik keatas panggung. Setelah
naik, kami berusaha tetap stay cool ! Dan pasang 'muka tembok' !
Saat
baru naik keatas panggung, masih sedikit yang memberikan tepuk tangan
kepada kami. Mungkin hanya dari teman kelas kami. Kami tampil dengan
membawakan lagu 'Baby' dari Justin Bieber. Dengan performa kami yang
apik, kami berhasil menghibur penonton yang kebanyakan para pecinta
Justin Bieber, bahkan mereka menyanyi bersama kami saat lagu memasuki
reff.
Dan menurut gue, perform kami diatas panggung itu, jauh
lebih spektakuler dibandingkan dengan SM*SH, salah satu boy band di
Indonesia, apa lagi sama parodinya, SM#SH.
Narsis sedikit boleh dong ? Hehehehe...
Bisa
kali nih direkam, terus di up load ke youtube...and then, 'The
Begundal' terkenal deh kayak Sinta & Jojo atau Briptu Norman.
Ckckckckck.
Dan itu dibenarkan oleh salah satu teman gue, Kumala.
Dia menilai kalo penampilan The Begundal itu sama seperti boy band
bintang K-POP. Sialnya, yang dia maksud K-POP disini bukan Korean POP,
tapi Kumala POP !
Azzzzzzz.....!@#$%^&** !!!!
Seusai tampil, kami langsung ke belakang panggung, dan tiba-tiba...
BYURR !!
Seember
penuh air sabun ditanbah kembang 7 rupa deras mengguyur gue. Setelah
itu, gue di ceburin kekolam ikan yang ada disekolah. Udah air sabun
ditambah kembang 7 rupanya bau busuk, ditambah bau amis kolam ikan,
parah ! Pasti Ipul, Indra dan Asep adalah tersangka utamanya !
Benar firasat gue. Ternyata mereka biang kladinya. Melihat gue kebasahan begini, dan mereka hanya tertawa !
Gue
sih udah antisipasi ini dengan bawa baju ganti, karena gue sadar, ini
hari ulang tahun gue. Dan gue juga sudah tau kegilaan sahabat-sahabat
gue ini. Tapi yang gue gak sangka, disaat gue hendak mengeringkan diri,
datanglah Lia dengan membawa kue ulang tahun untuk gue. Didampingi oleh
Dian. Dan yang gue bingung, dibelakang Lia itu ada orang tua gue, yang
gue tahu, mereka lagi dinas diluar kota, juga ada kakak gue, Mbak Anis,
yang harusnya lagi kuliah di Jerman !
Oh God ! This is surprise !
Serentak, temen-temen gue, mungkin satu kelas atau satu sekolah menyanyikan lagu 'Selamat Ulang Tahun' untuk gue.
Ucapan
selamat ulang tahun, gue terima dari, papah, mamah, Mbak Anis, kakak
gue tercinta, sahabat-sahabat gue, Indra, Ipul dan Asep, juga Dian, dan
tentunya dari Lia juga, yang sekarang berada dihadapan gue. Dan cuma kue
ulang tahun yang dibawa Lia yang memisahkan kami.
Saatnya meniup lilinnya. Wush...lilin mati seketika.
Tepuk
tangan mengiringi, yang kemudian serempak terdiam. Disaat Lia
membacakan puisi buat gue, yang kemudian gue tahu, kalo puisi itu adalah
puisi yang pernah gue baca untuk Lia.
"Ku mengawali hari dengan pasti..."
"Dibawah mentari, ku berjalan dengan tekad yang bulat..."
"Dari setapak demi setapak...hingga ku berlari mengelilingi bumi..."
"Walau hari terus berganti, aku takkan berhenti..."
"Karena aku telah berjanji dalam hati..."
"Pada saatnya, ku kan tiba ditempat kita akan berjumpa..."
"Tak peduli siang berganti malam..."
"Ku kan tetap melangkah, walau hanya secerca cahaya lilin yang menemaniku disini..."
"Ditengah kegalapan hatiku ini..."
"Dan walaupun cahaya api lilin itu telah padam, aku takkan berhenti..."
"Karena ku tahu, bahwa cahaya cintamu takkan pernah padam untukku..."
Lia dengan fasih melantunkan puisi tersebut.
"Zam, Lia mau jawab pertanyaan Azzam yang kemarin. Kalo Lia mau jadi pacar Azzam..." Lanjutnya.
What
!? Shock berat gue ! Seakan gak percaya, kalo Lia dengan sorot matanya
yang indah dan senyum manisnya itu berkata seperti itu. Yang artinya
cinta gue diterima !
Gue gak bisa lagi menutupi kebahagiaan gue ini. Gue benar-benar bahagia !
Alhamdulillah ya Rabb !
Di
ulang tahun gue yang ke-16 ini, gue mendapatkan kado yang paling
spesial, yaitu cintanya Lia. Ditambah dengan pengertian dan perhatian
dari orang-orang terdekat gue. Keluarga, yang bela-belain datang,
padahal mereka masih punya kesibukan ditempat yang jauh, sahabat, yang
sudah jatuh bangun bersama gue, khususnya Indra, Ipul, Asep dan Dian,
juga teman-teman yang lain.
Ini adalah salah satu hal terindah di
dalam hidup gue, dan akan gue kenang selamanya. Terima kasih yang
sebesar-besarnya untuk keluarga, sahabat, rekan dan pasangan. Tanpa
mereka, hidup akan terasa hampa, dengan mereka, hidup akan lebih
berwarna.
Love you all...