26/03/2013

Tugas 4a Bahasa Indonesia 2

1. Jelaskan pernyataan berikut "Masalah penelitian dapat bersumber dari penulis sendiri, orang lain dan buku referensi".
Masalah penelitian bersumber dari penulis sendiri
Topik penelitian tersebut berasal dari gagasan dan pemikiran dari sang penulisnya sendiri. Topik tersebut bisa berupa pengalaman pribadi yang membuat si penulis membuat penulisan tersebut. Contoh: ketika sang penulis kekurangan uang dan sukses berbisnis online, kemudian penulis melakukan penulisan bagaimana caranya berbisnis online yang menghasilkan uang banyak.
Masalah penelitian bersumber dari orang lain
Si penulis penelitian tersebut mendapatkan topik permasalahan dari gagasan atau pengalaman orang lain. Kemudian penulis memebuat penelitian berdasarkan yang dipaparkan oleh orang lain melalu perbincangan sebelumnya.
Masalah penelitian bersumber dari buku referensi
Penulis mengambil topik permasalahan dari buku-buku yang menurutnya bagus untuk diangkat menjadi sebuah penelitian. Penulis tersebut akan meneliti lebih dalam isi dari buku-buku tersebut.
2. Buatlah 2 topik permasalahan yang menarik anda dan anda rencanakan untuk topik PI/skripsi
  • Perancangan Simulator Pengukuran Kapasitas Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dengan IC ATMEGA 16 dan Indikator Keluaran Berupa LCD dan Motor DC 5 Volt.
  • Analisa Routing Loop pada RIPv1

24/03/2013

rangkaian led flashing love



index.jpeg
Gambar Skema Rangkaian LED Flashing Love
Gambar Skema Rangkaian LED Flashing Love
Berikut ini daftar komponen yang diperlukan :
Resistor
R1, R2 =  470 ohm, 1/2 watt
R3-R5  =  100 ohm, 3 watt
R6-R8  =  1000 ohm, 1.4 watt
R9     =  5000 ohm potensiometer
Kapasitor
C1, C2  = 100uF/16 volt
Semikonduktor
IC1    =  4047,
Q1-Q3  =  2n3643 transistor NPN atau equivalen
Dioda
LED1-LED84    = LED warna kuning
LED85-LED126  = LED warna merah
LED127-LED142 = LED warna hijau
Komponen Lain :
PS1  = 12VDC @ 500mA
Rangkaian LED Flashing Love ini terdiri dari IC 4047 yakni monostable berdaya rendah. IC1 digunakan dalam modus astabil untuk menyediakan pulsa waktu guna mengontrol tingkat flash LED. Untuk mencapai modus astabil, pin 4, 5, 6, dan 14 terhubung ke +12 VDC dan, pin 7 8, 9, dan 12 terhubung ke tanah. Pin 1 dan 3 terhubung ke C2 dan pin 2 dan 3 terhubung ke potensiometer R9. Sebuah resistor nilai tetap dapat digunakan di tempat potensiometer R9, jika tingkat kilat tidak perlu disesuaikan. Ketiga pin membentuk rangkaian waktu R-C. Pulsa output dari 4047 diambil dari pin 10, 11 dan 13. Pin 10 adalah output Q dan pin 11 adalah output Q-tidak. Kedua pin masing-masing terhubung ke R6 dan R7.

sumber : http://rangkaianelektronika.info/rangkaian-led-flashing-love/
 

TUNTUNAN PEMBUATAN PENULISAN ILMIAH UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS ILMU KOMPUTER dan TEKNOLOGI INFORMASI JURUSAN SISTEM INFORMASI dan MANAJEMEN INFORMATIKA




1. PENDAHULUAN

Penulisan Ilmiah (selanjutnya ditulis dengan PI saja) merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh setiap mahasiswa yang telah duduk di semester 6. PI memiliki bobot 2 SKS. PI bisa merupakan karya ilmiah atas hasil studi di lapangan (aplikatif), studi pustaka (teoritik), maupun gabungan keduanya.
Studi lapangan bisa berupa kerja praktek, magang, wawancara, pengamatan, studi banding, dan berbagai cara lainnya. Studi pustaka bisa berupa perbandingan teori, pengembangan teori, pengaplikasian teori, pembuktian teori, dan sebagainya.
PI harus diselesaikan dalam 3 (tiga) bulan sejak diterimanya Surat Keputusan Rektor Universitas Gunadarma tentang kewajiban menulis PI bagi mahasiswa, dan penunjukan Dosen Pembimbing PI.

2. STRUKTUR DASAR PI

PI memiliki struktur dasar : (1) adanya masalah, (2) adanya teori-teori, dan (3) pemecahan masalah dengan teori-teori tersebut. Di dalam penyusunan PI, struktur dasar tersebut ditambah (a) Pendahuluan (b) Penutup dan dilengkapi dengan format-format yang berlaku di setiap program studinya, seperti kolom tanda tangan pembimbing, Ketua Jurusan, dan Koordinator Sidang PI. Buku PI juga dilengkapi dengan Daftar Gambar, Daftar Tabel, Daftar Isi, Kata Pengantar, Lampiran, Abstraksi, Daftar Pustaka, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Pada Pendahuluan minimal berisi : (a) Latar Belakang Masalah, (b) Batasan Masalah, (c) Rumusan Masalah, (c) Tujuan Penelitian, (d) Metodologi Penelitian, dan (e) Sistematika Penulisan. Pada Penutup dapat berisi Kesimpulan dan Saran atas hasil penelitian yang telah dilakukannya.

3. PEMBABAKAN PENULISAN

Pada intinya, PI terdiri atas 4 Bab, yaitu (1) Pendahuluan, (2) Landasan Pustaka (Teori), (3) Analisis dan Pembahasan, dan (4) Penutup. Namun demikian, pembabakan tersebut bisa saja dikembangkan, misalkan di Bab 3, Analisis dipisahkan dengan Pembahasan, atau diisi bab mengenai Kegiatan Usaha Saat Ini yang sedang diteliti, atau Prosedur Kerja yang masih diberlakukan saat ini, dan sebagainya.





4. BAB PENDAHULUAN

Di bab pendahuluan, Peneliti/ Penulis harus dapat secara fokus menuliskan masalah-masalah yang terjadi di tempat penelitiannya. Dengan membaca bab pendahuluan ini, setiap pembaca sudah dapat mengetahui apa sebenarnya yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitiannya.

Agar lebih jelas
untuk tulisan selanjutnya,
diambil contoh unit usaha apotek
yang akan dilakukan komputerisasi administrasinya (aplikatif)


4.1. Latar Belakang Masalah

Di latar belakang masalah dijelaskan, apa saja kendala yang dihadapi oleh pengelola apotek dalam menjalankan kegiatannya. Mungkin saja kendala yang dihadapi adalah (a) kurangnya pegawai, (b) pegawai sering membolos, (c) kekurangan mesin dan petugas kasir, (d) kesulitan membuat laporan keuangan per hari, (e) kesulitan dalam menghitung stok barang, (f) kesulitan dalam pendataan pelanggan, terutama pelanggan yang menggunakan resep, dan sebagainya. Jadi, di latar belakang masalah ini dijelaskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi pengelola apotek (unit usaha yang diteliti) yang sedang diamati.

Catatan : Jadi, pada sub bab ini jangan ada penjelasan mengenai komputer atau apa pun yang berhubungan dengan pemecahan masalahnya, karena masih dalam tahap penjelasan masalah
masalah yang dihadapi.

4.2. Batasan Masalah

Tentu saja, dari sekian banyak masalah yang dihadapi apotek tersebut tidak dapat diselesaikan seluruhnya (terutama dengan bidang ilmu komputer). Sehingga, isi batasan masalah adalah pemilihan masalah mana yang akan diselesaikan dengan PI ini.
Misalkan, batasan masalahnya adalah, PI ini akan dibatasi pada masalah kesulitan dalam pembuatan laporan keuangan per hari, pendataan pelanggan, dan penghitungan stok obat.

4.3. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah yang telah dipilih, dirumuskan masalah tersebut dengan kalimat tanya. Dengan kalimat tanya tersebut, diharapkan para pembaca lebih tahu ke arah mana PI ini akan digiring.
Rumusan masalahnya adalah : bagaimana rancangan sistem komputerisasi untuk menyelesaikan masalah pembuatan laporan keuangan per hari, pendataan pelanggan, dan penghitungan stok obat di apotek tersebut ?.
Dari sini pembaca akan tahu bahwa PI ini ditulis untuk membuat perancangan sistem komputerisasi guna mecahkan masalah di atas.

4.3. Tujuan Penelitian

Tentu saja, tujuan penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah (yang telah dibatasi) di atas. Namun demikian, tujuan-tujuan lainnya (efek positif dari perancangan sistem) boleh saja ditulis. Misalkan, diharapkan akan meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan meningkatnya kualitas pelayanan, maka para pelanggan akan merasa puas, dan diharapkan pelanggan akan bertambah  yang dapat meningkatkan penghasilan apotek.

4.4. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian berisi mengenai bagaimana cara kita melakukan penelitian. Misalkan, penelitian ini dilakukan melalui studi lapangan yaitu dengan cara pengamatan, wawancara, penyebaran kuisioner, dan sebagainya.
Penelitian juga dilakukan dengan membaca buku-buku teori tentang perancangan sistem, keuangan, perapotekan, dan contoh-contoh kasus yang menyerupai kasus yang akan dibahas.

4.5. Sistematika Penulisan

Di sini dijelaskan mengenai pembabakan penulisan, Bab 1 mengenai apa, Bab 2 mengenai apa, dan seterusnya. Pembabakan ini dibuat selogis (terurut) mungkin.

5 BAB LANDASAN TEORI

Di bab ini diungkapkan teori-teori yang digunakan Penulis untuk memcahkan masalah. Selain teori, bisa juga dimasukkan alat-alat (tools) perancangan sistem, namun demikian tools tersebut hanya digunakan sebagai pelengkap saja, teori utamanya harus dikedepankan.
Misalkan, pada pembahasan ini teori yang perlu disampaikan adalah apa itu laporan keuangan ?, bagaimana bentuknya ?, apa isinya ?. Lalu, apa itu stok ?, bagaimana mengatur stok ?, dan berbagai teori yang dibutuhkan.
Adapun mengenai tools-nya, bisa berupa gambar-gambar DFD, ERD, flowchart, maupun statements atau penjelasan dari bahasa pemrograman yang digunakan (seperlunya saja)





Jadi di PI jangan ada penjelasan mengenai software, misalkan Visual BASIC yang dijelaskan berlembar-lembar, mulai dari sejarah sampai ke penjelasan mengenai icons-nya, malah teori utamanya tidak ada atau hanya sedikit saja. Cukuplah penjelasan mengenai Visual BASIC tentang kegunaan dan konfigurasi minimal komputer yang dapat menggunakan software ini.


6. BAB ANALISIS dan PEMBAHASAN

Di bab ini dijelaskan secara runut (logis) mengenai langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan. Bisa dimulai dengan menganalisis permasalahan (di sub-bab batasan masalah), kenapa masalah itu bisa terjadi, apa saja kendalanya, dan apa langkah penyelesaiannya. Selanjutnya dilakukan proses atau prosedur atau langkah-langkah penyelesaian dari sub-bab rumusan masalah.

7. BAB PENUTUP

Pada bab penutup ini, isinya adalah kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah jawaban mengenai “apakah pembahasan yang telah dilakukan dapat memecahkan masalah ?.” Jawaban harus jujur (sesuai dengan norma-norma keilmiahan). Saran berisi mengenai hal-hal yang dapat dikembangkan dari PI yang sudah diselesaikannya ini. Saran juga dapat berisi mengenai penyempurnaan dari PI yang karena sesuatu hal belum dapat dilakukan secara sempurna di sini (misalkan, hendaknya pihak apotek memiliki format kertas yang standar untuk mencetak laporan keuangan harian agar pencetakan dapat menghemat tinta printer dan lebih cepat, dan sebagainya).

8. LAMPIRAN

Lampiran berisi berkas-berkas yang merupakan pendukung penelitian dan penulisan, misalkan bisa berupa listing program, print-out laporan keuangan, lay-out di monitor komputer, surat persetujuan penelitian di apotek, dan sebagainya.

9. PENGALAMAN KESALAHAN

Berikut akan dijelaskan mengenai kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan mahasiswa berdasarkan pengalaman kami dalam membimbing dan menguji PI selama ini.

9.1. Menggunakan kata ganti orang

Masih banyak yang menulis PI seperti menulis buku (dalam hal ini, Penulis mengajak pembaca berpikir atau belajar kepadanya), misalkan pada kalimat-kalimat :
(a)  Seperti sudah kita ketahui bersama ...........(ada kata “kita”)
(b)  Dalam hal ini, Penulis meyakini bahwa ..... (ada kata “Penulis”)
(c)  Bisa Anda lihat di sini ................................ (ada kata “Anda”)

Jadi, jangan gunakan kata ganti orang. Untuk mencegah itu, gunakanlah kalimat pasif, misalkan pada (c) Bisa dilihat di sini ...., dan sebagainya.

9.2 Menggunakan kata perintah

Jangan menggunakan kata atau kalimat perintah di PI yang menjadikan seakan para pembaca adalah ’murid’-nya. Misalkan pada kalimat :

(a)  Lihatlah, bahwa berdasarkan .......(ada kata perintah “Lihatlah”)
(b)  Untuk itu, klik-lah mouse sebanyak dua kali ....(ada kata “klik-lah)

Kembali, gunakan kalimat pasif, misalkan “Dilihat, bahwa berdasarkan...” agar semua penulisan ini dilakukan sendiri oleh si penulis PI.

9.3. Penggunakan suku kata  “di”

Masih banyak yang tidak mengerti kapan suku kata “di” harus dijadikan penunjuk tempat, atau menjadi kata depan, sehingga banyak yang menulis :

(a) Pernyataan diatas sudah tepat ....... (“di” yang digabung dengan kata)
(b) Karenanya, harus di lakukan ...........(”di” yang dipisah dengan kata)

yang seharusnya ditulis : (a) di atas, dan (b) dilakukan.

“Di” dipisah dengan kata berikutnya bila ia menunjukkan tempat, misalkan di Jakarta, di samping, di sini, dan semacamnya.

9.4. Menerangkan kehebatan perkembangan komputer di Latar Belakang Masalah

Sewaktu kita menuliskan masalah di latar belakang masalah, jangan kita bicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pemecahan masalah atau yang tidak ada kaitan langsung dengan masalah. Jadi, cerita mengenai perkembangan komputer yang demikian pesat, dan semacamnya tidak perlu kita tuliskan, karena perkembangan komputer tersebut bukan menjadi masalah kita.

9.5. Kesimpulan yang sama dengan yang ada di Latar Belakang Masalah

Banyak yang menulis segala sesuatu di kesimpulam ternyata hanya mengulang tulisan yang pernah ada di latar belakang masalah atau di bagian lain. Padahal, kesimpulan adalah segala sesuatu yang baru kita dapatkan setelah penelitian kita lakukan.
Ibarat menonton sebuah film, maka kesimpulan terhadap sebuah film adalah film tersebut bagus, biasa-biasa saja, atau tidak bagus. Begitu juga dengan PI, di kesimpulan adalah penjelasan mengenai bagus (sesuai dengan yang diharapkan untuk menyelesaikan masalah), biasa-biasa saja (tidak semuanya sesuai dengan yang diharapkan), atau tidak bagus (sama sekali tidak membantu memecahkan masalah).

9.6. Software yang ‘dikupas habis di Landasan Teori’

Software (contoh, Visual BASIC), bukanlah teori. Jadi seharusnya, software tidak perlu dimasukkan di manapun, baik itu di judul penulisan, maupun di dalam teori. Terlebih lagi, software tersebut didapatkan dari membajak (melanggar HAKI), Jika bukan software bajakan, maka perlu dicantumkan lisensi yang didapat di dalam lampiran.
Jika memang untuk menunjang penulisan, software tersebut harus dicantumkan (dan berlisensi) maka jjelaskan secara singkat saja (sekitar 1 alinea) mengenai manfaat software tersebut bagi penelitian. Jadi jangan dikupas habis mulai dari sejarah hingga icons yang disediakannya.

10. STRATEGI PENYUSUNAN PI

Untuk menyusun PI diperlukan strategi khusus, baik strategi dalam faktor fisik maupun strategi dalam faktor mental. Untuk strategi fisik, tidak perlu diterangkan di sini, mudah-mudahan mahasiswa dalam keadaan sehat wal afiat dan pandai menjaga kesehatan tersebut selama masa penulisan PI dan seterusnya.
Adapun strategi non fisik akan diterangkan berikut ini.

10.1. Niat

Kegiatan apapun yang memerlukan kesiapan mental harus didahului dengan niat. Niat adalah kesadaran diri yang penuh bahwa kita akan berbuat sesuatu dengan mengerahkan segala kemampuan diri (berpikir dan bertindak) untuk mencapai apa yang akan kita inginkan, yaitu menyusun PI.
Dengan niat, tentu pikiran kita (di manapun kita berada) akan fokus ke penyusunan PI dan bertindak (berperilaku) untuk mendukung penyelesaian penyusunan PI tersebut.

10.2. Tentukan pokok bahasan

Langkah berikutnya adalah menentukan pokok bahasan. Ada beberapa cara dalam  pemilihan pokok bahasan, antara lain (1) mata kuliah yang disukai, (2) hobi, (3) perhatian, dan sebagainya.
Pada mata kuliah yang disukai (setidaknya karena mendapat nilai yang baik), sedikit-banyak akan membantu dalam menemukan pokok bahasan. Dalam contoh-contoh soal, ada banyak yang bisa dijadikan masalah yang bisa dibuatkan program dengan bahasa pemrograman untuk menyelesaikan masalah tersebut (PI aplikatif)
Pada hobi, tentu juga ada masalah yang bisa diangkat untuk dijadikan masalah di PI. Misalkan hobi kita main catur, bisa kita buatkan program untuk pembelajaran catur bagi pemula (misalkan hanya langkah-langkah yang diijinkan dari setiap bidak catur), atau membuat website untuk saling bertukar pikiran antarpenghobi catur, dan sebagainya.
Pada perhatian, apa yang selama ini menjadi pusat perhatian kita ?. Misalkan bidang kesehatan, atau bidang pendidikan anak-anak balita, bidang keamanan, dan sebagainya. Pada bidang pendidikan anak-anak balita misalkan, kita bisa membuatkan software penunjang belajar bagi mereka, misalkan menampilkan gambar-gambar hewan serta suaranya.
Bisa juga perhatian kita pada bidang bisnis transportasi, misalkan bagaimana membentuk jalur-jalur perjalanan yang efisien agar perusahaan transportasi mendapatkan keuntungan yang lebih besar, dan sebagainya.

Bila semua hal di atas masih sulit, maka cara sederhana untuk mendapatkan pokok bahasan adalah dengan mendatangi perpustakaan untuk membaca buku-buku, atau langsung membaca PI-PI kakak-kakak kelasnya yang sudah selesai. Dari sana, ambil salah satu tema dari ribuan PI yang ada, tetapi penulisannya tidak boleh mencontek keseluruhannya (plagiat). Ambil saja temanya, lihat di sarannya (untuk peneliti berikutnya) dan selanjutnya kembangkan pemikiran kita agar ada pemikiran baru yang keluar dari pemikiran kita sendiri (ada andil kita di dalam PI kita yang merupakan kelanjutan penelitian dari peneliti sebelumnya).

10.3. Konsentrasi berkesinambungan

Penyelesaian PI akan lebih baik jika tidak terjedanya konsentrasi kita untuk hal-hal lain di luar PI. Andaikan harus terjeda (pasti akan terjeda karena harus kuliah, ujian, dsb.) tetap harus memikirkan PI dan harus selalu menyediakan waktu untuk menyusun (misalkan pada malam hari). Satu hari saja kita tidak memikirkan PI maka sulit bagi kita untuk memulainya kembali, sehingga ada kiasan ”tiga minggu kita menyia-nyiakan penulisan, maka kita akan mulai menulis lagi pada tiga tahun kemudian.”

10.4. Sisihkan uang jajan

Tidak murah menyusun PI, tapi hasilnya (jika berhasil) tidak akan terbayar rasa bahagianya. Karenanya, jangan terlalu membebani orang-tua, mulailah dengan menyisihkan uang jajan. Gunakan uang jajan untuk membeli kertas, tinta printer, buku, dan segala sesuatu yang mendukung PI.
Kita tidak bisa berharap, setiap tulisan yang kita buat (dan sudah kita cetak) tidak ada koreksi dari dosen pembimbing. Kita juga tidak bisa berharap bahwa sekali cetak akan mulus tercetak (kadang-kadang masih ada yang salah, kurang halaman, kotor, dan sebagainya.)

10.5. Kuatkan teori, dan kuatkan mental untuk siap berdebat

Pengujian bukan hanya sewaktu ujian sidang PI, tetapi sewaktu menyusun PI, kita sudah harus berhadapan dengan dosen pembimbing.  Salah satu cara dosen pembimbing mengetahui PI dibuat sungguh-sungguh oleh mahasiswa bimbingannya (bukan mencontek atau dibuatkan orang lain) adalah dengan mengujinya.
Pengujian itu juga bukan tanpa sebab lain, karena setiap dosen pembimbing juga diminta pemberian nilainya oleh koordinator Bagian PI Universitas. Jadi, untuk memberi nilai yang pantas bagi bimbingannya, dosen pembimbing juga ikut menguji (sewaktu proses penyusunan).

10.6. Malu pada diri sendiri

Memang, dari sekian ratus atau bahkan ribu mahasiswa yang menyusun PI dalam waktu yang bersamaan, tidak semua terpantau, sehingga ada juga mahasiswa yang mau enak sendiri. Misalkan, minta dibuatkan teman, atau beli kepada penyedia penyusunan PI, bahkan mencontek habis (plagiat).
Apakah hal itu akan merugikan dosen pembimbing atau pihak Universitas ?, secara langsung tidak akan merugikan, justru ruginya bagi mahasiswa yang bersangkutan, karena sudah menyalahi kaidah keilmuan yaitu jujur dan bertang-gung jawab yang tentunya akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak di akherat.
Karenanya, malulah pada diri sendiri bila kita berbuat yang dilarang oleh Tuhan YME, antara lain berbuat curang, mengelabuhi orang lain, dan menyiksa diri sendiri.

11. PENUTUP

Demikianlah sedikit ulasan dari kami, semoga bermanfaat. Bila ada saran atau pertanyaan, silakan e-mail kami, insya Allah akan kami jawab atau kami tambahkan di penulisan ini. Terima kasih atas perhatiannya.

10/03/2013

PASKIBRA = Teman, Sahabat, Cinta, dan Keluarga




Ketika saya duduk di bangku SD, yang saya mengerti tentang pasukan pengibar bendera hanyalah tiga anak yang mengibarkan bendera pada saat upacara pengibaran bendera berlangsung di lapangan sekolah. Seiring waktu berjalan, saya mulai sering mendengar kata”PASKIBRA”.
Awalnya saya tidak mengerti apa itu paskibra, dan tidak ada niat sama sekali untuk mengetahuinya. Hingga suatu saat, saya berteman dengan seorang anggota paskibra di SMP. Dan ternyata, PASKIBRA itu adalah singkatan dari ‘pasukan pengibar bendera’. Tapi tetap saja tidak ada rasa keingin tahuan saya mengenai paskibra. Dan karena saya sering melihat teman saya itu selalu latihan di lapangan dalam kondisi panas terik ataupun hujan rintik, dan juga ketika diruanganpun malah dibentak-bentak, semua itu menimbulkan pandangan negatif dari saya ke paskibra. Dan saya pun semakin tidak peduli terhadap paskibra.
Ketika beranjak masuk kejenjang SMA, ibu saya menyarankan agar saya masuk kedalam esktrakulikuler paskibra di salah satu SMA negeri di daerah tempat tinggal saya, yang katanya paskibra disana terbukti berkualitas. Ya awalnya saya menolak. Maklum saja, usia saya ketika itu adalah 15 tahun, usia lagi hobi-hobinya bermain. Dan karena saya menggemari sepak bola ataupun futsal, maka saya lebih memilih ekstrakulikuler futsal dari pada paskibra.
3 bulan berjalan, akhirnya karena dibujuk oleh teman, saya mencoba untuk masuk ke paskibra. Namun hanya sekitar 2 kali pertemuan saja saya masuk, selanjutnya saya tidak ikut. Karena saya merasa di paskibra itu membosankan dan melelahkan pula.
Memulai semester 2, saya ikut paskibra karena dipaksa oleh teman saya. Alhasil, masuklah saya ke paskibra untuk kedua kalinya. Dan akhirnya kali ini rasa keingin tahuan saya tentang paskibra benar-benar muncul, maka saya putuskan untuk menggeluti paskibra. Lagi pula, selanjutnya saya tidak akan mudah, atau malah sangat sulit untuk keluar dari paskibra.
Karena, setelah kurang lebih 2 minggu saya masuk paskibra, saya dan teman-teman saya telah diikat dengan sebuah pelantikan. Dan kemudian setelah itu, saya dan teman-teman dihadapkan pada sebuah ajang perlombaan paskibra tingkat SMA/SMK/MA se-derajat dan tingkat SMP/MTs se-derajat se-Kabupaten Bogor. Dan alhamdulillah kami mendapat gelar komandan pasukan terbaik dan juara 1 sekaligus juara umum.

Dan saya pun makin terikat di paskibra karena saya menjadi salah satu wakil dari sekolah saya dalam seleksi CAPASKA (Calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka/PASKIBRAKA) 2008 tingkat Kabupaten Bogor. Sebuah jenjang yang dinilai lebih tinggi tingkatannya dari paskibra sekolah. Dan juga memiliki beberapa tingkatan mulai dari tingkat Nasional, tingkkat DT I (provinsi) hingga DT II(kabupaten/kota).
Awalnya paskibra di sekolah mengadakan seleksi siapakah yang akan diutus untuk mengikuti seleksi di PEMDA setempat. Dan tahap seleksi disekolah itu ada dua tahap, dan waktu setiap tahap adalah satu hari. Tahap pertama adalah seleksi wawancara. Saya hadir, dan saya mengikuti tahap ini dengan baik. Tahap kedua adalah tahap ujian SAMAPTA, seperti lari, push up, sit up dan pull up. Dan saya dengan sengaja meninggalkan latihan tanpa bilang keinstruktur. Tapi anehnya, ketika pengumuman, mengapa saya yang dipilih sebagai salah satu wakil dari sekolah ? aneh. Dan alahamdulillah saya terpilih menjadi salah satu CAPASKA 2008 Kabupaten Bogor, dan menjadi wakil satu-satunya dari sekolah saya, dikarenakan teman saya gugur dalam penyeleksian.

Dan selanjutnya yang saya lakukan adalah latihan, latihan dan terus latihan, baik di sekolah ataupun di PEMDA, saat panas terik matahari ataupun saat dinginnya hujan, saya bersama teman-teman seperjuangan saya terus ditempa oleh para senior dan instruktur. Dan untuk latihan di PEMDA, yang saya pahami mengapa saya dan teman-teman seperjuangan terus dilatih, dibina dan ditempa hanyalah untuk mengibarkan duplikat bendera pusaka pada saat 17 Agustus.
Dan begitu juga disekolah, saya beserta teman-teman terus di latih hingga pada puncaknya pada saat acara LDKP(Latiha Dasar Kepemimpinan Paskibra). Dimana saat itu adalah penyeraahan jabatan dari senior saya ke angkatan saya. Nah, mulailah lembaran baru bagi saya dan teman-teman dalam dunia kepaskibraan.
Sedikit demi sedikit saya dan teman-teman saya menapaki lembaran baru ini. Dan sedikit demi sedikit pula kami mulai memahami dan menyadari mengapa senior-senior kami dahulu memperlakukan kami dengan tegas atau bahkan sedikit keras.
Sedikit demi sedikit kami memahami mengapa ditengah panas terik kami tetap disuruh latihan, push up, lari keliling lapangan. Itu semua agar fisik kami tetap terlatih dan terjaga kondisi kesehatannya serta agar setiap gerakan yang kami tampilkan dalam setiap perlombaan ataupun demo ekstrakulikuler tetap tegap berisi tanpa mengurangi keindahan, keselarasan dan kekompakan kami.
Sedikit demi sedikit juga kami memahami mengapa kami dibentak-bentak didalam ruangan walaupun kami letih. Itu semua untuk membina mental kami,agar mental kami menjelma menjadi mental sekeras baja.
Sedikit demi sedikit pula kami mengerti mengapa senior-senior kami kadang mengacuhkan kami, tidak mempedulikan kami. Itu semua supaya kami bisa mengembangkan daya pikir kami karena nantinya kami harus berjalan sendiri.
Saya mengakui, bahwa semenjak saya aktif di paskibra, grafik nilai pelajaran saya menurun. Memang saya bertanya kepada diri sendiri, “mengapa nial saya turun ?” dan saya menyalahkan diri saya sendiri tentang hal ini serta berusaha untuk memperbaikinya. Tetapi tidak sedikit pun saya menyalahkan paskibra.
Karena di paskibra inilah, saya bisa belajar tentang berorganisasi, tidak hanya sebatas sekolah saja, tapi juga mencangkup masyarakat yang cukup luas. Bahkan sering kali OSIS, sebagai organisasi siswa tertinggi di sekolah pun saya jadikan lahan pengembangan ilmu organisasi yang saya dapatkan di paskibra. Dan memang, waktu saya banyak tebuang karena kegiatan organisasi di paskibra, tapi dibalik itu, saya lebih bisa meluaskan jaringan interaksi saya dengan orang-orang disekitar dan menambah ilmu wawasan saya, karena saya yakin ilmu tidak hanya didapat dari buku dan guru semata.
Dan sekarang saya telah menjadi salah satu alumni serta senior dari paskibra. Saya merasa, dan mungkin ada beberapa atau semua teman-teman alumni paskibra juga merasakan, bahwa masa yang paling indah di paskibra itu adalah saat menjadi junior. Yap, saat-saat di push up di panas terik, di suruh lari di siang hari, di marahi, di caci maki, di bentak-bentak adalah saat-saat terindah di paskibra. Bahkan sering kali saya merasa, atau bahkan teman-teman alumni lain juga merasakan kerinduan yang mendalam untuk kembali kemasa-masa terindah itu.
Karena saat itulah saat-saat dimana rasa kekeluargaan, rasa kebersamaan, rasa saling menyayangi, rasa saling percaya, rasa saling memiliki diantara kami ditanam dan dipupuk. Hingga saat ini pun semua itu ada, dan sulit untuk pergi. Dan bahkan sudah banyak pengakuan dari orang-orang yang bergelut diluar paskibra, namun tidak hanya memandang paskibra dari satu sisi saja, bahwa rasa kekeluargaan dan rasa kebersamaan di paskibra itu adalah yang paling tinggi diantara yang lain. Dan itu memang terbukti adanya.

Akhirnya, saya menyadari bahwa janganlah kita memandang sesuatu itu dengan sebelah mata atau dengan satu sisi saja. Dan juga janganlah kita berhenti ditengah jalan ketika kita menjalani sesuatu. Karena jika kita berhenti, maka kita tidak akan merasakan manfaat dari apa yang telah kita jalani. Maka untuk mendapatkan manfaat tersebut, jalanilah sasuatu tersebut hingga usai dan dengan ikhlas.
Setelah sekian lama saya bergelut di kepaskibraan, akhirnya saya sadar. Bahwa pikiran negatif saya tentang paskibra dahulu adalah salah. Dan sekarang, apapun pandangan orang tentang paskibra, bagi saya paskibra adalah teman, sahabat, cinta dan keluarga.





 I'm proud tu be PASKIBRA...