10/03/2013

PASKIBRA = Teman, Sahabat, Cinta, dan Keluarga




Ketika saya duduk di bangku SD, yang saya mengerti tentang pasukan pengibar bendera hanyalah tiga anak yang mengibarkan bendera pada saat upacara pengibaran bendera berlangsung di lapangan sekolah. Seiring waktu berjalan, saya mulai sering mendengar kata”PASKIBRA”.
Awalnya saya tidak mengerti apa itu paskibra, dan tidak ada niat sama sekali untuk mengetahuinya. Hingga suatu saat, saya berteman dengan seorang anggota paskibra di SMP. Dan ternyata, PASKIBRA itu adalah singkatan dari ‘pasukan pengibar bendera’. Tapi tetap saja tidak ada rasa keingin tahuan saya mengenai paskibra. Dan karena saya sering melihat teman saya itu selalu latihan di lapangan dalam kondisi panas terik ataupun hujan rintik, dan juga ketika diruanganpun malah dibentak-bentak, semua itu menimbulkan pandangan negatif dari saya ke paskibra. Dan saya pun semakin tidak peduli terhadap paskibra.
Ketika beranjak masuk kejenjang SMA, ibu saya menyarankan agar saya masuk kedalam esktrakulikuler paskibra di salah satu SMA negeri di daerah tempat tinggal saya, yang katanya paskibra disana terbukti berkualitas. Ya awalnya saya menolak. Maklum saja, usia saya ketika itu adalah 15 tahun, usia lagi hobi-hobinya bermain. Dan karena saya menggemari sepak bola ataupun futsal, maka saya lebih memilih ekstrakulikuler futsal dari pada paskibra.
3 bulan berjalan, akhirnya karena dibujuk oleh teman, saya mencoba untuk masuk ke paskibra. Namun hanya sekitar 2 kali pertemuan saja saya masuk, selanjutnya saya tidak ikut. Karena saya merasa di paskibra itu membosankan dan melelahkan pula.
Memulai semester 2, saya ikut paskibra karena dipaksa oleh teman saya. Alhasil, masuklah saya ke paskibra untuk kedua kalinya. Dan akhirnya kali ini rasa keingin tahuan saya tentang paskibra benar-benar muncul, maka saya putuskan untuk menggeluti paskibra. Lagi pula, selanjutnya saya tidak akan mudah, atau malah sangat sulit untuk keluar dari paskibra.
Karena, setelah kurang lebih 2 minggu saya masuk paskibra, saya dan teman-teman saya telah diikat dengan sebuah pelantikan. Dan kemudian setelah itu, saya dan teman-teman dihadapkan pada sebuah ajang perlombaan paskibra tingkat SMA/SMK/MA se-derajat dan tingkat SMP/MTs se-derajat se-Kabupaten Bogor. Dan alhamdulillah kami mendapat gelar komandan pasukan terbaik dan juara 1 sekaligus juara umum.

Dan saya pun makin terikat di paskibra karena saya menjadi salah satu wakil dari sekolah saya dalam seleksi CAPASKA (Calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka/PASKIBRAKA) 2008 tingkat Kabupaten Bogor. Sebuah jenjang yang dinilai lebih tinggi tingkatannya dari paskibra sekolah. Dan juga memiliki beberapa tingkatan mulai dari tingkat Nasional, tingkkat DT I (provinsi) hingga DT II(kabupaten/kota).
Awalnya paskibra di sekolah mengadakan seleksi siapakah yang akan diutus untuk mengikuti seleksi di PEMDA setempat. Dan tahap seleksi disekolah itu ada dua tahap, dan waktu setiap tahap adalah satu hari. Tahap pertama adalah seleksi wawancara. Saya hadir, dan saya mengikuti tahap ini dengan baik. Tahap kedua adalah tahap ujian SAMAPTA, seperti lari, push up, sit up dan pull up. Dan saya dengan sengaja meninggalkan latihan tanpa bilang keinstruktur. Tapi anehnya, ketika pengumuman, mengapa saya yang dipilih sebagai salah satu wakil dari sekolah ? aneh. Dan alahamdulillah saya terpilih menjadi salah satu CAPASKA 2008 Kabupaten Bogor, dan menjadi wakil satu-satunya dari sekolah saya, dikarenakan teman saya gugur dalam penyeleksian.

Dan selanjutnya yang saya lakukan adalah latihan, latihan dan terus latihan, baik di sekolah ataupun di PEMDA, saat panas terik matahari ataupun saat dinginnya hujan, saya bersama teman-teman seperjuangan saya terus ditempa oleh para senior dan instruktur. Dan untuk latihan di PEMDA, yang saya pahami mengapa saya dan teman-teman seperjuangan terus dilatih, dibina dan ditempa hanyalah untuk mengibarkan duplikat bendera pusaka pada saat 17 Agustus.
Dan begitu juga disekolah, saya beserta teman-teman terus di latih hingga pada puncaknya pada saat acara LDKP(Latiha Dasar Kepemimpinan Paskibra). Dimana saat itu adalah penyeraahan jabatan dari senior saya ke angkatan saya. Nah, mulailah lembaran baru bagi saya dan teman-teman dalam dunia kepaskibraan.
Sedikit demi sedikit saya dan teman-teman saya menapaki lembaran baru ini. Dan sedikit demi sedikit pula kami mulai memahami dan menyadari mengapa senior-senior kami dahulu memperlakukan kami dengan tegas atau bahkan sedikit keras.
Sedikit demi sedikit kami memahami mengapa ditengah panas terik kami tetap disuruh latihan, push up, lari keliling lapangan. Itu semua agar fisik kami tetap terlatih dan terjaga kondisi kesehatannya serta agar setiap gerakan yang kami tampilkan dalam setiap perlombaan ataupun demo ekstrakulikuler tetap tegap berisi tanpa mengurangi keindahan, keselarasan dan kekompakan kami.
Sedikit demi sedikit juga kami memahami mengapa kami dibentak-bentak didalam ruangan walaupun kami letih. Itu semua untuk membina mental kami,agar mental kami menjelma menjadi mental sekeras baja.
Sedikit demi sedikit pula kami mengerti mengapa senior-senior kami kadang mengacuhkan kami, tidak mempedulikan kami. Itu semua supaya kami bisa mengembangkan daya pikir kami karena nantinya kami harus berjalan sendiri.
Saya mengakui, bahwa semenjak saya aktif di paskibra, grafik nilai pelajaran saya menurun. Memang saya bertanya kepada diri sendiri, “mengapa nial saya turun ?” dan saya menyalahkan diri saya sendiri tentang hal ini serta berusaha untuk memperbaikinya. Tetapi tidak sedikit pun saya menyalahkan paskibra.
Karena di paskibra inilah, saya bisa belajar tentang berorganisasi, tidak hanya sebatas sekolah saja, tapi juga mencangkup masyarakat yang cukup luas. Bahkan sering kali OSIS, sebagai organisasi siswa tertinggi di sekolah pun saya jadikan lahan pengembangan ilmu organisasi yang saya dapatkan di paskibra. Dan memang, waktu saya banyak tebuang karena kegiatan organisasi di paskibra, tapi dibalik itu, saya lebih bisa meluaskan jaringan interaksi saya dengan orang-orang disekitar dan menambah ilmu wawasan saya, karena saya yakin ilmu tidak hanya didapat dari buku dan guru semata.
Dan sekarang saya telah menjadi salah satu alumni serta senior dari paskibra. Saya merasa, dan mungkin ada beberapa atau semua teman-teman alumni paskibra juga merasakan, bahwa masa yang paling indah di paskibra itu adalah saat menjadi junior. Yap, saat-saat di push up di panas terik, di suruh lari di siang hari, di marahi, di caci maki, di bentak-bentak adalah saat-saat terindah di paskibra. Bahkan sering kali saya merasa, atau bahkan teman-teman alumni lain juga merasakan kerinduan yang mendalam untuk kembali kemasa-masa terindah itu.
Karena saat itulah saat-saat dimana rasa kekeluargaan, rasa kebersamaan, rasa saling menyayangi, rasa saling percaya, rasa saling memiliki diantara kami ditanam dan dipupuk. Hingga saat ini pun semua itu ada, dan sulit untuk pergi. Dan bahkan sudah banyak pengakuan dari orang-orang yang bergelut diluar paskibra, namun tidak hanya memandang paskibra dari satu sisi saja, bahwa rasa kekeluargaan dan rasa kebersamaan di paskibra itu adalah yang paling tinggi diantara yang lain. Dan itu memang terbukti adanya.

Akhirnya, saya menyadari bahwa janganlah kita memandang sesuatu itu dengan sebelah mata atau dengan satu sisi saja. Dan juga janganlah kita berhenti ditengah jalan ketika kita menjalani sesuatu. Karena jika kita berhenti, maka kita tidak akan merasakan manfaat dari apa yang telah kita jalani. Maka untuk mendapatkan manfaat tersebut, jalanilah sasuatu tersebut hingga usai dan dengan ikhlas.
Setelah sekian lama saya bergelut di kepaskibraan, akhirnya saya sadar. Bahwa pikiran negatif saya tentang paskibra dahulu adalah salah. Dan sekarang, apapun pandangan orang tentang paskibra, bagi saya paskibra adalah teman, sahabat, cinta dan keluarga.





 I'm proud tu be PASKIBRA...




No comments:

Post a Comment